BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia
adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan
tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal
yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan
manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana
dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk
yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan
seterusnya. Individu yang diartikan sebagai kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, dan oknum.
Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya
bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal
lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman,
keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan
non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya. Setiap individu memiliki ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Kepribadian,
prilaku apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu)
merupakan ha sil diri perpduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan
dan pengaruh lingkungan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji lebih
lanjut dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah sebuah organisasi
perusahaan itu?
2.
Bagaimanakah faktor perbedaan individu
dalam bekerja?
3.
Bagaimanakah prinsip-prinsip tingkah
laku manusia?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
antara lain:
1. Untuk
menjelaskan dan memberikan pemahaman bagaimanakah gambaran organisai di sebuah
perusahaan.
2. Untuk
memberikan penjelasan mengenai faktor perbedaan individu dalam bekerja.
3. Untuk
memberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip tingkah laku manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Organisasi Perusahaan
1. Pengertian Organisasi Kerja
Menurut Schein
(Moh. As’ad: 2008), organisasi merupakan koordinasi sejumlah kegiatan manusia
yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui
pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung
jawab. Organisasi dapat terbentuk dari yang paling sederhana hingga paling
kompleks, seperti organisasi perusahaan, masyarakat, dan negara. Pola hubungan
antar manusia yang saling ketergantungn diikutsertakan dalam aktivitas
organisasi.
Organisasi
kerja dalam pandangan Yoder (Moh. As’ad: 2008) menjelaskan bahwa secara
teoritik istilah organisasi pada umumnya dipakai dalam dua arti, yaitu:
a.
Organisasi dipandang sebagai sebuah
asosiasi, yang dibuat untuk jangka panjang, dan dipelihara untuk mencapai
tujuan, dan melaksanakan misi-misi khusus.
b.
Organisasi menunjukkan suatu proses
pemeliharaan dan penciptaan struktur.
Proses pemeliharaan organisasi dipakai
untuk melembagakan, memperluas, dan mengusahakan hal-hal lain dari organisasi
kerja. Proses organisasi dapat digambarkan sebagai susunan yang sistematik dari
bagian-bagian keseluruhan pekerjaan. Sedangkan struktur organisasi merupakan
ekspresi formal antara bagian-bagian organisasi dan sebagai hasil antara
orang-orang yang menjadi anggotanya.
2. Pengertian Organisasi Perusahaan
Organisasi
senantiasa melibatkan beberapa orang dan mereka saling berinteraksi secara
intensif. Interaksi tersebut dapat disusun atau digambarkan dalam sebuah
struktur untuk membantu dalam usaha organisasi mempunyai tujuan perorangan,
dengan keikutsertaan dalam organisasi akan membantu mencapai tujuannya di
samping tujuan bersama (kelompok).
Manajemen
yang dibutuhkan untuk organisasi perusahaan, terdapat beberapa fungsi pokok,
antara lain:
a.
Perencanaan (planning), merupakan fungsi dalam membuat keputusan untuk
menentukan aktivitas perusahaan dan setiap departemen atau bagian-bagaian yang
ada di dalamnya meliputi apa yang harus dilaksanakan, bagaimana prosedur
pelaksanaan, kapan dan siapa yang melaksanakan.
b.
Pengorganisasian (organizing), mengelompokkan kegiatan dalam beberapa departemen dan
penyerahan tugas pada seorang manajer untuk memimpin kelompok kerja,
mendelegasikan wewewang untuk melaksanakannya, menetapkan koordinasi kegiatan
dan komunikasi informasi dalam struktur organisasi.
c.
Penyusunan (staffing), fungsi pengisian jabatan, menjaga dan memelihara agar
tetap pada jabatan yang telah ditetapkan struktur organisasi.
d.
Pengarahan (leading), mengarahkan agar orang-orang berusaha keras serta deangan
senang hati dalam mencapai tujuan.
e.
Pengawasan (controlling), penilain dan koreksi dari aktivitas anggota agar
sesuai dengan pelaksanaan kerja dengan rencananya, serta mengoreksi jika
terjadi kesalahan.
Melihat fungsi manajemen yang begitu
penting sebagai faktor penunjang organisasi perusahaan, tentunya dibutuhkan
seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Tanpa
pemimpin dan kepemimpinan, suatu organisasi perusahaan hanyalah merupakan suatu
kekacauan dari orang-orang dan mesin belaka.
Para pemimpin perusahaan sangat
menyadari adanya perbedaan prestasi kaerja karyawan yang di bawah
pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada mesin-mesin yang sama,
namun produktivitas mereka tidaklah sama. Perbedaan dalam prestasi kerja ini
disebabkan oleh adanya perbedaan di dalam ciri-ciri personil individu.
Industri-industri modern sadar akan pentingnya menetapkan pekerjaan sesuai
dengan orangnya, yang tidak hanya baik dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
orangnya, tetapi juga dapat menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya. Bila suatu
pekerjaan terlalu sukar, sedang latihan yang diberikan tidak memadai, maka
dapat mengecewakan karyawan yang bisa berdampak menurunkan produksi. Bila
pekerjaan memerlukan kapasitas yang tidak dimiliki, karyawan akan merasa gagal,
sedang bila pekerjaannya hanya membutuhkan sebagian kecil kemampuannya, akan
mencari jalan lain penambah pengalamannya.
B. Faktor Perbedaan Individu dalam Bekerja
Faktor yang merupakan sumber
perbedaan individu di dalam bekerja meliputi faktor fisik dan faktor psikis.
Secara garis besarnya, menurut Moh.
As’ad (2008: 4), perbedaan tersebut antar lain sebagai berikut:
1. Perbedaan
Individu dalam Segi Fisik
a. Bentuk tubuh dan komposisinya
Bentuk tubuh meliputi besar kecilnya tubuh,
bagian-bagiannya, warna kulit dan kelengkapan anggota badan. Sedangkan
komposisinya meliputi bagaimana letak dan kesesuaiannya dengan bagian-bagian
tubuh lainnya. Penting dan tidaknya pengaruh kedua hal tersebut di dalam
pekerjaan tergantung jenis pekerjaannya. Untuk pekerjaan sebagai sekretaris,
pramugari atau penjual dicari wanita-wanita yang cantik, terampil dengan bentuk
tubuh dan komposisinya yang indah. Hal ini disebabkan karena rupa juga ikut
menentukan prestasi kerja mereka, disamping kepribadian yang menarik.
b Taraf kesehatan
Taraf kesehatan individu pada umumnya berbeda. Perbedaan
ini bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ada orang yang mudah
sekali diserang penyakit dan ada pula orang yang daya tahannya terhadap
penyakit cukup kuat. Taraf kesehatan ini sangat menentukan produktivitas kerja.
Oleh karena itu di dalam bekerja terdapat aktivitas fisik dan kesehatan di
dalam produktivitas kerja.
c. Kemampuan panca indera
Kemampuan fisik yang berwujud kemampuan panca indera
diperlukan di dalam bekerja. Misalnya untuk bekerja di bagian perusahaan rokok
diperlukan kemampuan penciuman yang baik. Untuk menjadi musikus perlu memiliki
pendengaran yang baik. Usaha untuk mengukur kemampuan alat-alat indera ini
banyak sekali dilakukan di dalam penerimaan calon-calon angkatan bersenjata.
Disamping itu banyak sekali riset-riset yang diadakan menunjukkan pengaruh
gangguan sensoris terhadap kuanitas dan kualitas produksi.
2. Perbedaan
Individu dalam Segi Psikis
a. Inteligensi
Sejauh
mana kemampuan seseorang di dalam mengatasi masalah tergantung pada taraf
kesulitan masalah dan tingkat inteligensi yang dimilikinya. Inteligensi diberi
batasan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sebaik-baiknya
terhadap lingkungan. Oleh karena itu tingkat inteligensi seseorang sangat menentukan
kesuksesannya bekerja. Orang-orang yang inteligensinya tinggi, sanggup
memecahkan kesulitan yang dihadapinya dalam bekerja dan sebaliknya.
b.
Bakat
Bakat
ialah kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana kesuksesan individu untuk
memperoleh keahlian atau pengetahuan tertentu, apabila individu itu diberi
latihan-latihan tertentu. Jadi apabila seseorang mempunyai bakat mekanik, bila
dia diberi latihan-latihan tentang mekanik dia akan mudah untuk menguasai
masalah mekanik dan sebaliknya. Di dalam bekerja baik di pabrik, di kantor atau
di manapun, bakat-bakat yang sesuai dengan pekerjaannya sangat dibutuhkan. Hal
ini disebabkan untuk masing-masing pekerjaan seringkali menuntut bakat yang
berbeda-beda pula. Dengan adanya kesesuaian antara bakat dan pekerjaan maka
hasil kerjanya menjadi lebih sukses.
c.
Minat
Minat
adalah sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide
tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari
objek yang disenangi itu. Pola-pola minat seseorang merupakan salah satu faktor
yang menentukan kesesuaian orang dengan pekerjaannya. Minat orang terhadap
jenis pekerjaanpun berbeda-beda. Tingkat prestasi kerja seseorang ditentukan
oleh perpaduan antara bakat dan minat.
d.
Kepribadian
Pada
pekerjaan-pekerjaan tertentu sifat-sifat kepribadian seseorang sangat
berhubungan dengan kesuksesan dalam bekerja. Menurut super dan crites
pengukuran kepribadian di dalam bimbingan jabatan karyawan berguna bagi
maksud-maksud sebagai berikut:
1) Bagi mereka yang penyesuaian kepribadiannya tidak baik, mungkin
akan mengalami kesukaran penyesuaian diri di dalam “training” ataupun dalam situasi kerja.
2) Bagi
mereka yang mempunyai sifat-sifat kepribadian tertentu yang menganggu
penyesuaian diri dengan posisi kerja bisa dilakukan usaha-usaha yaitu
penempatan yang sesuai dengan kepribadiannya, diberi psikoterapi untuk
penyesuaiannya.
e.
Motivasi
Motivasi ialah faktor yang menyebabkan
organism berbuat seperti apa yang dia perbuat. Situasi yang menggerakkan orang
untuk berbuat, menurut Maier terdiri dari dua aspek yaitu aspek subjektif dan
objektif. Aspek subjektif ialah kondisi yang berada di dalam diri individu yang
berujud “need”. Sedangkan aspek
objektif ialah aspek yang ada di luar diri yang berujud “incentive” atau “goal”. Untuk memahami prinsip-prinsip tentang
motivasi kita harus memperhatikan kedua aspek motivasi yang disebut “need” dan “incentive”. Sehubungan dengan adanya perbedaan motivasi di dalam
karyawan bekerja, karyawan perlu diperlakukan berbeda-beda sesuai dengan motif
yang mendorongnya bekerja.
f.
Edukasi
Yang
dimaksud dengan edukasi di sini ialah pendidikan formil di sekolah-sekolah atau
kursus-kursus. Di dalam bekerja seringkali faktor edukasi merupakan syarat
paling pokok untuk memegang fungsi-fungsi tertentu. Untuk pekerjaan tertentu,
pendidikan Akademi sudah mencukupi, tetapi untuk pekerjaan lainnya menuntut
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Untuk tercapainya kesuksesan di dalam
bekerja dituntut pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan dipegangnya.
C. Prinsip-Prinsip Tingkah Laku Manusia
Selain faktor fisik dan psikis, perlu
dikemukakan disini dasar prinsip-prinsip mengenai hukum tingkah laku manusia. Moh.
As’ad (2008: 7) menerangkan mengenai Approach
yang digunakan secara spekulatif untuk mengenal the lawfullness of behavior ini berdasarkan atas formula sebagai
berikut:
1.
Tingkah laku manusia itu timbul karena
adanya stimulus
2. Tidak
ada tingkah laku yang terjadi tanpa stimulus
3. Stimulus merupakan sebab terjadinya tingkah
laku
4. Makin
besar stimulus makin besar kemampuannya untuk menggerakan tingkah laku.
Dari rumusan/formula di atas bisa dibuat rumus
sebagai berikut :
Behavior = fungsi dari stimulus (B = f(S) )
Pendapat
yang lain dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis (Moh. As’ad, 2008: 7) “bahwa
aktivitas individu merupakan respon dari interaksi antara stimulus yang ada di
luar dari individu dengan diri individu”. Dengan demikian organismenya
yang tingkah lakunya. Formulanya adalah B = f (rganism).
Dari
beberapa pendapat tersebut, juga dapat disimpulkan bahwa:
1. Apa yang dapat dicapai dan yang tak dapat
dicapai oleh suatu perbuatan membentuk suatu pengalaman.
2. Pengalaman
yang pahit dari kegagalan mempunyai kecendrungan unutk dihindari, sedangkan
pengalaman yang mnyenangkan cenderung untuk dipertahankan.
3. Kegagalan
dan sukses akan membentuk pola perbuatan yang dijadikan dasar untuk
dipertahankan bagi perbuatan berikutnya (accomplishment).
Dengan demikian
formulanya adalah B = f (accomplishment).
Oleh karena itu bisa dirangkaikan menjadi satu bentuk formula yaitu : B = f (S
x O x A). Tampak nyata bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan oleh
satu faktor saja. Dari bentuk formula tersebut timbullah dua macam pendekatan
dalam usaha mengubah tingkah laku manusia yaitu pendekatan secara mentalistik
dan pendekatan secara empiris (kondisional). Perubahan dengan cara yang pertama
yaitu dengan mengubah mentalnya, misalnya kita merubah seseorang dan tingkah
laku yang menyimpang dengan cara ramah tamah atau secara tidak langsung. Adapun
dengan cara yang kedua yaitu diubah stimulusnya.
Kombinasi yang paling efektif dari keduanya
dengan suatu anggapan bahwa suatu kesempatan tertentu perubahan S lebih efektif
untuk mengubah tingkah laku, tetapi pada kesempatan lain peribahan O akan lebih
afektif, atau pada kesempatan tertentu perubahan S dan O bersama-sama
secara serempak.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Struktur
organisasi merupakan ekspresi formal antara bagian-bagian organisasi dan
sebagai hasil antara orang-orang yang menjadi anggotanya.
2. Faktor
yang merupakan sumber perbedaan individu di dalam bekerja meliputi faktor fisik
dan faktor psikis.
3. Selain
faktor fisik dan psikis, perlu dikemukakan dasar prinsip-prinsip mengenai hukum
tingkah laku manusia, menerangkan mengenai Approach
yang digunakan secara spekulatif untuk mengenal the lawfullness of behavior.
DAFTAR
ISI
As’ad, Moh. (2008).
Psikologi Industri. Yogyakarta:
Liberty.
Rochman, Mif. (2013). Psicology in My Life. [online]. Tersedia: http://decursed.blogspot.com [30 JUni 2014]
0 komentar:
Posting Komentar