PENGUBAHAN TINGKAH LAKU
DENGAN TEKNIK REINFORCEMENT
A. Latar
Belakang Masalah
Berbagai
usaha untuk menyusun teori maupun konsep dalam memahami perilaku manusia sudah
sejak lama dilakukan, namun usaha ini masih terus-menerus diperbaiki secara bertahap,
namun teka-teki tentang tingkah laku manusia belum sepenuhnya terjawab. Salah
satu faktor utamanya bertolak dari sifat maupun keadaan manusia sendiri yang
bersifat kompleks dan unik. Dikatakan kompleks karena kehidupan manusia
melibatkan berbagai aspek antara lain aspek kognitif, afektif, psikomotorik,
dan sosial yang saling berinteraksi dan bersifat dinamis. Kompleksitas ini
menjadikan manusia tetap menghadapi kesulitan dalam menembus rahasia yang
menyelimuti sesamanya. Selanjutnya manusia juga dikatakan unik karena merupakan
makhluk yang tersendiri berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain, bahkan
berbeda juga dengan sesama manusia.
Upaya
pemahaman dan pengubahan tingkah laku masih terus dilakukan melalui kajian
berbagai ilmu karena berbagai masalah yang berdimensi luas berada dalam
kehidupan manusia, misalnya kebiasaan berperilaku buruk, kriminalitas, dan
bermacam pelanggaran peraturan, norma, dan hukum yang ada.
Sebagian tingkah laku manusia dapat terbentuk
karena pengaruh lingkungan, yaitu adanya stimulus atau perangsang dari
lingkungan, disamping faktor internal manusia itu sendiri. Tak jarang seorang
anak yang berperilaku buruk dan menyimpang disebabkan oleh pengaruh lingkungan
dimana ia tinggal dan yang mengelilinginya. Lingkungan yang kurang mendukung,
kehidupan yang jauh dari rasa sosial, gaya hidup bebas, pengaruh teman sebaya,
dan kurangnya perhatian keluarga akan berdampak pada tingkah laku sang anak
tersebut.
Dalam
cakupan yang lebih kecil, khususnya berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling yang bertugas
memberikan layanan terhadap individu yang memerlukan bantuan dan perlu
dibimbing, pemahaman dan teknik pengubahan tingkah laku menjadi suatu kebutuhan
yang tidak bisa ditinggalkan, karena akan menjadi modal utama dalam upaya pemberian
bantuan. Upaya untuk membentuk suatu tingkah laku, isyarat atau perangsang itu
harus ditata, dirancang sedemikian rupa agar mudah, jelas, dan menarik untuk
diterima oleh subyek yang akan diubah.
Kondisi
individu yang berperilaku buruk dan menyimpang diharapkan akan dapat diubah
dengan penerimaan isyarat atau rangsangan yang diprogram oleh guru pembimbing.
Faktor-faktor penentu tingkah laku yang diharapkan terbentuk, penataan
stimulus, dan penyiapan subyek yang akan diubah, diharapkan tingkah laku yang
dikehendaki dapat terbentuk. Namun agar tingkah laku yang baru dapat terbentuk
secara efektif, teknik pembentukan tingkah laku harus didukung dengan teknik
lain, salah satunya yang sering dilakukan adalah teknik reinforcement atau
pengukuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka perumusan masalah di dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan teknik
reinforcement itu?
2. Bagaimanakah pelaksanaan teknik
reinforcement dalam upaya pengubahan tingkah laku?
3. Bagaimanakah penerapan dalam deskripsi
masalah atau kasus yang berhubungan dengan teknik reinforcement?
C. Pengertian
Teknik Reinforcement
Menurut
Jumarin (2005: 88), reinforcement (pengukuhan) adalah stimulus yang menjadi
konskuensi tingkah laku manusia. Apabila suatu respon atau tingkah laku telah
dilakukan, dan sesudah itu dihadirkan suatu stimulus (benda atau kejadian)
sebagai akibat atau konsekuensi dari tingkah laku tersebut, dan mengakibatkan
tingkah laku tersebut sering muncul, meningkat atau diperkuat, maka peristiwa
tersebut dinamai pengukuhan positif. Senyuman, belaian, perhatian, pelukan,
aplaus, uang, benda, makanan dan sebagainya disebut positive reinforce, apabila kehadirannya meningkatkan kemungkinan
berulangnya tingkah laku.
Dalam
kehidupan sehari-hari peristiwa pengukuhan maupun penghilangan tingkah laku
banyak terjadi secara alamiah, yang disebut natural
consequence. Namun dalam program pengubahan tingkah laku, pengukuh tidak
dibiarkan terjadi secara alamiah, tetapi diatur sedemikian rupa agar menjadi
konskuen bagi tingkah laku yang ingin ditingkatkan atau dipelihara. Kaidah
penguatan tidak selamanya mudah dilakukan dan kadang rumit. Seringkali suatu
penguat positif begitu sangat ampuh, tetapi seringkali tidak efektif sama
sekali. Apa yang menjadi pengukuh bagi seseorang dalam lingkungan tertentu,
mungkin sama sekali tidak punya arti apa-apa bagi orang lain. Kerumitan dalam
memberikan penguatan tersebut sebenarnya terjadi karena pengubah kurang cermat
dalam mengamati.
D. Pelaksanaan Teknik Reinforcement
1. Reinforcement Positif
Muh
Uzer Usman (dalam Jumarin: 2005) mengetengahkan teknik pemberian pengukuh agar
efektif, yaitu:
▪ Penguatan kepada pribadi tertentu yang
jelas
▪ Diberikan dengan segera atau langsung, yaitu
setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan
▪ Penguatan kepada kelompok
▪ Penggunaan penguatan dengan bervariasi
Soetarlinah
Soekadji (dalam Jumarin: 2005) mengemukakan beberapa hal yang harus dilakukan
agar pengukuhan positif dapat berjalan efektif, antara lain:
a. Menyajikan pengukuh seketika
Salah
satu prinsip pengukuhan yaitu penyajiannya dilakukan segera setelah tingkah
laku berlangsung akan lebih efektif dibandingkan penyajian yang tertunda.
b. Memilih pengukuh yang tepat
Tidak
semua stimulus stimulus yang memenuhi kebutuhan fisiologis dapat menjadi
pengukuh yang tepat. Setiap orang mempunyai selera sendiri-sendiri, dan setiap
situasi dapat menimbulkan perubahan selera.
Soetirlah
Soekaji (dalam Jumarin: 2005) menyatakan bentuk pilihan pengukuhan yang dapat
digunakan antara lain:
1) Makanan,
semua orang menyukai makanan atau minuman yang cocok dengan seleranya.
2) Benda-benda,
setiap orang akan senang jika mendapatkan suatu benda yang menarik, memiliki
kenangan apalagi berharga. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika
menggunakan benda, yaitu:
a) Diberikan
hanya pada tingkah laku tertentu, tidak semua tingkah laku, dan tidak setiap
waktu, atau diberikan secara berkala.
b) Benda
yang sederhana tetapi menarik dan memiliki nilai, atau jika benda yang berharga
dapat diberikan jika pada even khusus, misalnya ulang tahun, juara kelas, dan
prestasi gemilang lainnya.
c) Diberikan
pengukuh benda sesuai dengan tingkah laku yang dilakukan.
d) Pasangkan
pengukuh benda dengan pengukuh bersyarat lainnya, seperti pengukuh sosial atau
aktivitas yang berangsur-angsur dapat menggantikannya.
3) Aktivitas
atau acara, setiap orang senang melakukan suatu aktivitas sesuai dengan
minatnya, sehingga acara yang menyenangkan dapat dijadikan sebagai pengukuh.
4) Tindakan
sosial, dihadirkan oleh orang lain dala konteks sosial, baik verbal maupun
non verbal. Contohnya seperti pujian, sapaan, komentar positif, senyuman,
anggukan, jabat tangan, dan lain-lain.
c. Mengatur
Kondisi Situasional
Tidak
setiap tingkah laku perlu diulang setiap waktu. Banyak tingkah laku yang telah
terbentuk dipelihara, ditingkatkan hanya cocok dilaksanakan pada kondisi dan
situasi tertentu.
d. Menentukan Kuantitas Pengukuh
Suatu
pengukuhan akan efektif apabila diberikan dalam kuantitas yang tepat yang perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Jenis
penguat yang akan diberikan
2) Keadaan
deprivasinya (berapa lama penguat tidak diberikan atau diperoleh)
3) Usaha
yang harus dilakukan untuk mendapatkan satu kali penguat
4) Kualitas tingkah laku yang sudah terbentuk.
Jika tingkah lakunya terbentuk relatif kuat, maka kuantitas pengukuhnya dapat
dikurangi
5) Faktor internal subyek yang diubah, seperti
pengalaman-pengalamannya, kesadarannya, dan sebagainya.
e. Memilih Kualitas dan Kebaruan Pengukuh
Orang
akan cenderung memilih sesuatu yang berkualitas tinggi, dan sesuatu yang baru.
Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan atau kejenuhan, sehingga
akan menjadi penguat yang baik.
f. Memberikan Sampel Pengukuh
Terhadap
sesuatu yang baru, belum dikenal atau sesuatu yang asing, sebagian orang akan
menghadapinya dengan senang penuh perhatian, tetapi ada pula yang menghadapinya
dengan keragu-raguan, kecurigaan bahkan ketakutan.
g. Menanggulangi Pengaruh Saingan
Beberapa
reaksi yang berupa pengukuh dari lingkungan terhadap tingkah laku seseorang
kadang lebih kuat daripada pengukuh yang diberikan oleh pengubah, bahkan ada
yang saling bertentangan dan bersaing, sehingga menimbulkan konflik.
h. Mengatur Jadwal Pengukuh
Pemberian
pengukuh harus diberikan dalam waktu yang tepat, kapan suatu tingkah laku perlu
mendapatkan pengukuhan. Jadwal pemberian pengukuh dapat dilakukan secara
kontinyu.
2. Teknik Pengukuhan Negatif
Pada
pengukuhan negatif, meningkatnya atau kemungkinan berulangnya tingkah laku yang
diharapkan, disebabkan oleh terhindarnya atau dihilangkannya stimulus yang
tidak mengenakkan sebagai konskuensi dari tingkah laku tersebut. Jadi tingkah
laku mendapatkan pengukuhan negatif, jika tingkah laku itu meningkat atau
terpelihara karena berkaitan atau dihilangkan suatu stimulus. Jika stimulus
dikurangi atau dihilangkan menyebabkan tingkah laku ditingkatkan atau
terpelihara, maka stimulus tersebut menjadi stimulus negatif.
Pengukuh
negatif ini dapat bermacam-macam bentuknya. Segala hal yang secara potensial
tidak menyenangkan dapat menjadi pengukuh negatif. Namun perlu dicermati bahwa
setiap orang memiliki pandangan yang berbeda apakah suatu benda atau perlakuan
yang dijadikan pengukuh itu menyenangkan atau tidak. Depriasi atau kekurangan,
ketiadaan sarana dan prasarana atau benda-benda pemenuhan kebutuhan, secara
potensial dapat menjadi pengukuh negatif. Didiamkan, disindir, tidak dihiraukan
dan sebagainya dapat menjadi pengukuh negatif yang sifatnya sosial. Contoh:
Pada jam ulangan guru mengatakan bahwa siapa yang dapat mengerjakan soal 1
sampai 5 dengan benar, maka ia dibebaskan untuk tidak mengerjakan soal nomor 6
sampai 12.
Dalam
penerapan pengubahan tingkah laku, penggunaan pengukuhan negatif hendaknya jangan
terlalu sering, dan sebaiknya dikombinasikan dengan pengukuh positif sebagai
penggantinya. Diantara keterbatasan pengukuhan negatif adalah:
a. Penyajian
pengukuh aversif seringkali tidak menyenangkan pengubah sendiri.
b. Penyajian stimulus aversi yang
berulang-ulang seringkali menjadikan anak kebal.
c. Efek pengukuhan negatif seringkali
berpengaruh pada tingkah laku yang bukan menjadi sasarannya. Pada contoh di
atas, karena anak tidak mengerjakan soal no 6 sampai 12, malah mengganggu
teman, ramai, sombong, dan sebagainya.
d. Untuk menghindari stimulus yang tidak
mengenakkan seringkali dapat meninbulkan kecemasan.
Tidak
berbeda dengan penggunaan pengukuhan positif, maka penggunaan pengukuhan
negatif juga memerlukan pengamatan dan mempertimbangkan berbagai faktor,
seperti kuantitas dan kualitas, jenis, jadwal, dan sebagainya.
E. Penerapan Teknik Reinforcement
1. Deskripsi Masalah
Ada
seorang anak yang mempunyai prestasi rendah di kelasnya. Setelah diamati dan
diteliti, ia ternyata malas belajar, sering
bolos, jarang masuk sekolah dan kegemarannya hanya bermain.
2. Upaya Pengubahan Tingkah Laku
a. Penguatan positif
- Guru
memberikan pujian dengan segera kepada siswa yang dapat menjawab soal dengan
benar.
- Guru
bersikap ramah, murah senyum, sering menyapa kepada siswa yang rajin dan
berprestasi.
- Guru
memberikan piagam penghargaan kepada siswa yang berprestasi
- Guru
sering memberikan hadiah yang menarik kepada siswa yang berprestasi.
- Guru
memberikan janji akan diberikan sesuatu yang berharga (uang atau benda lain)
jika siswa dapat bernilai bagus/menjadi juara kelas. Uang atau benda pemberian
itu diperlihatkan contohnya kepada siswa.
- Setiap
kali kenaikan kelas, guru memberikan hadiah yang disukai siswa.
- Guru
mengajak makan-makan, jalan-jalan/berwisata ketempat yang menyenangkan ketika
siswanya bernilai bagus dan berprestasi.
b. Penguatan
negatif
- Guru
membebas tugaskan untuk tidak ikut piket membersihkan ruangan bagi juara 10
besar di kelas.
- Guru
tidak pernah menyuruh siswa yang pandai untuk maju ke depan kelas mengerjakan
soal di papan tulis.
- Pada
jam terakhir, guru memperbolehkan siswa yang dapat mengerjakan soal dengan
benar untuk pulang duluan lebih awal daripada teman-temannya yang tidak bisa
mengerjakan soal.
- Guru tidak pernah memarahi siswa yang pandai
jika tidak mengerjakan PR.
- Guru
jarang menunjuk siswa yang pandai untuk menjawab pertanyaan ketika di dalam
kelas.
c. Perilaku
baru yang diharapkan
- Anak
yang berprestasi rendah tersebut akan berubah pikiran dan terpacu untuk
berperilaku baik seperti teman-temannya yang pandai.
- Ia
akan berusaha untuk belajar menjadi bisa dan berprestasi karena adanya stimulus
berupa pengukuhan dari gurunya, dan ia berusaha untuk mendapatkannya.
- Anak
yang pandai ternyata lebih nyaman, lebih dihargai dan diperhatikan oleh
gurunya, sehingga ia akan berusaha tidak bodoh.
- Ia
akan bersemngat belajar, rajin masuk sekolah agar mendapatkan predikat pandai
sehingga disegani dan diperhatikan oleh gurunya.
- Pengukuhan
yang berupa janji yang menggiurkan akan memacunya untuk memilikinya, tentunya
dengan konsekuensi perubahan sikap menjadi anak yang rajin dan berprestasi.
- Diharapkan
ia berkemauan untuk bersaing/berkompetisi dengan teman-temannya dalam hal
prestasi sehingga berdampak positif dalam pengubahan tingkah laku.
- Guru
sebagai pengubah tingkah laku, dapat membiasakan anak untuk selalu berkompetisi
dalam hal pelajaran dan prestasi, sehingga lama-kelamaan dapat mengurangi
kuantitas pengukuhan tersebut . Anak tetap aktif dan bersemangat tinggi untuk
berlomba meraih prestasi walaupun tidak mendapatkan pengukuhan yang besar.
- Anak
tersebut akan menjadi sadar mengenai kedisiplinan, kebiasaan yang baik, menjaga
kerajinan, antusias untuk belajar karena prestasi yang ia dapatkan akan
bermanfaat bagi hidupnya kelak.
F. Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Reinforcement (pengukuhan/penguatan) merupakan
usaha untuk memberikan stimulus kepada individu yang menjadi konskuensi tingkah
lakunya sehingga mengakibatkan tingkah laku baru sering muncul, meningkat atau
diperkuat.
2. Pelaksanaan reinforcement dapat dilakukan
dengan teknik reinforcement positif (lebih diutamakan), namun demikian jika
kurang efektif maka teknik reinforcement negatif juga dapat diterapkan sehingga
upaya pengubahan tingkah laku akan berhasil.
3. Teknik reinforcement dapat diterapkan
terhadap siswa yang kurang berprestasi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik,
sehingga siswa tersebut akan terpacu dengan stimulus pengukuhan dan dapat
merubah perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Jumarin,
2005. Tingkah Laku Manusia dan
Pengubahannya. Yogyakarta: Talenta.
Dimyati
dan Mudjiono, 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Muh Rarozin dan Kartika Nur Fathiyah,
2004. Pemahaman Tingkah Laku.
Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar