RSS
Container Icon

IKIP PGRI WATES

IKIP PGRI WATES

(Berintegritas dan Berhati Nyaman)



FAKULTAS, PROGRAN STUDI / JURUSAN
Pada tahun akademik 2013/2014 ini, IKIP PGRI Wates memiliki 2 (dua) fakultas dan 3 program studi yaitu :

1.   Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Prodi: PGSD S1
2.   Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FP IPS) dengan Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah.

Prodi Bimbingan dan Konseling serta Prodi Pendidikan Sejarah keduanya menyandang akreditasi B, sedangkan untuk Prodi PGSD S1 berakreditasi C.




KEADAAN DOSEN


Dosen IKIP PGRI Wates terdiri dari : Dosen Yayasan (terdiri dari Dosen Tetap Yayasan dan Dosen Yayasan Tidak Tetap), Dosen Negeri yang dipekerjakan di IKIP PGRI Wates, Dosen Luar Biasa dari Universitas Negeri Yogyakarta

Adapun perincian dosen-dosen tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Dosen Tetap Yayasan                                 :      11 orang

2.      Dosen Negeri yang dipekerjakan             :       20 orang

3.      Tenaga Pengajar                                         :      13 orang

Jadi jumlah dosen keseluruhan adalah             :     44 orang

Pada tahun 2014 IKIP PGRI Wates kehilangan dosen DPK untuk mendahului kita pulang kehadiratNYa, Mari kita doakan bersama mudahan-mudahan alamal baktinya bisa diterima di sisihNYa dan beliau dimasukan dalam surga. Amiinn.

Dari data dosen tersebut di atas jabatan fungsional dosen yang telah dimiliki :

  1. Lektor Kepala                                               :     10 orang
  2. Lektor                                                             :     11 orang
  3. Asisten Ahli                                                   :       3 orang
  4. Tenaga Pengajar                                          :     21 orang

Tenaga Pengajar adalah tenaga akademik (dosen) yang belum memiliki jabatan fungsional dosen. Dari data di atas maka Tenaga Pengajar menduduki ranking teratas. Ke depan Tenaga Pengajar ini terus kita dorong agar mereka segera mengusulkan  jabatan fungsional dosen tersebut.

Perlu kami laporkan pula bahwa dari 44 dosen tersebut, 17 diantaranya telah lulus sertifikasi. Bagi Bapak / Ibu dosen yang belum mendapat giliran, kami persiapkan untuk  mengikuti program sertifikasi dosen pada tahap berikutnya.

Jika ditinjau berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan dosen maka :

  1. Strata 1                :  10  orang
  2. Strata 2                :   32  orang
  3. Strata 3                :     3  orang

Pada tahun 2014 dosen IKIP PGRI Wates yang menempuh pendidikan lanjut sebagai berikut :

1. Jenjang S2             :  4 orang

2. Jenjang S3             :  3 orang



Melihat data dosen sebagaimana tersebut di atas maka ke depan secara bertahap diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitasnya.



 KARYAWAN


Keadaan  saat ini karyawan di IKIP PGRI Wates berjumlah 22 orang (Laki-laki : 17 orang; Perempuan : 5 orang) Tingkat pendidikan karyawan : S1 : 5 orang, Sarjana Muda / DIII.: 1 orang, SLTA : 13 orang, SLTP : 1 orang, dan SD : 2 orang. Dengan melihat data tersebut, dengan memperhatikan tuntutan perkembangan, maka kuantitas dan kualitas karyawan tersebut terus ditingkatkan.

MAHASISWA


Jumlah mahasiswa IKIP PGRI Wates pada Tahun Akademik 2013/2014 adalah 1.029 orang, suatu jumlah yang cukup besar bagi suatu lembaga pendidikan tinggi dewasa ini, yang memiliki 3 Program Studi.



LULUSAN


Kualitas penyelenggaraan suatu lembaga pendidikan antara lain dapat diukur berdasarkan jumlah lulusan dari lembaga pendidikan itu. Sampai usia 46 tahun saat ini IKIP PGRI Wates telah meluluskan Sarjana Strata Satu (S.1) sebanyak 5.319 orang.  Gambaran lulusan IKIP Wates dari tahun ke tahun dapat dikemukakan sebagai berikut :



No.
Hingga Tahun Akademik
Jumlah Seluruh
Keterangan
1.
2007/2008
3.795

2.
2008/2009
4.018

3.
2009/2010
4.245

4.
2010/2011
4.525

5.
2011/2012
4.806

6.
2012/2013
5.159

7.
2013/2014
5.281


 


Sebagian besar alumni IKIP PGRI Wates bekerja dibidang pendidikan, dan alumni IKIP PGRI Wates terhimpun dalam Ikatan Keluarga Alumni (IKA) IKIP PGRI Wates. Dalam proses rekrutmen IKIP PGRI Wates, alumni mempunyai adil besar dan merupakan patner utama dalam mempromosikan IKIP PGRI Wates baik di tingkat Daerah maupun Nasional.
 

    SARANA DAN PRASARANA

  1. Perpustakaan
Perpustakaan adalah sangat penting dalam kehidupan suatu perguruan tinggi, bahkan merupakan jantungnya perguruan tinggi. Kami berusaha menambah buku-buku perpustakaan agar kebutuhan mahasiswa dan dosen dapat terpenuhi. Sekarang ini buku-buku yang telah dimiliki dan tersimpan di perpustakaan terdiri dari 5.134 judul buku berjumlah 13.536 eksemplar.
  1. Tanah Kampus dan Bangunan
Tanah IKIP PGRI Wates seluas 8.440 m2 , terdiri 5.000 m2  di lokasi ini, 2.000 m2  sewa bekas SMA, dan di atas tanah tersebut telah dibangun Kampus IKIP PGRI Wates yang terdiri dari :
1.      Ruang Kuliah                                              :     1102 m2
2.      Ruang Perpustakaan                               :         64 m2
3.      Ruang Administrasi                                 :         96 m2
4.      Ruang Dosen                                              :       160 m2
5.      Ruang Tamu                                                :         64 m2
6.      Ruang Pimpinan                                        :         64 m2   
7.      Ruang Pertemuan                                     :         64 m2
8.      Ruang Kegiatan Mahasiswa/Aula           :       328 m2
9.      Ruang Koperasi                                          :         64 m2
10.  Ruang Ibadah                                              :       190 m2
11.  Ruang Laboratorium 2 prodi                  :     230 m2

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BK Perkembangan


BK PERKEMBANGAN


A.   Pengertian BK Perkembangan
              Konsep bimbingan sebagai suatu proses perkembangan menekankan pemberian bantuannya kepada semua siswa, dan meliputi semua bidang bimbingan: vokasional, pendidikan, personal, dan sosial pada semua tahap atau rentang kehidupan. Bimbingan perkembangan menekankan kepada upaya mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri, yang difokuskan kepada pengembangan fungsi ego dan self-concept. Layanan bimbingan pengembangan bersifat komprehensif meliputi semua rentang kehidupan, tidak hanya terbatas kepada aspek vokasional dan pendidikan, dan juga bersifat interpretative bukan deterministik.
BK Perkembangan dirancang dengan memfokuskan kepada kebutuhan, minat, dan isue-isue yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian penting yang integral dari keseluruhan program pendidikan.

B.   Asumsi BK  Perkembangan
1.     Perkembangan yang sehat berlangsung melalui interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungan (yang sehat)
       2.   Manusia berkembang melalui tahapan umum dan tugas-tugas perkembangan
3.    Klien bukan berarti seseorang yang memiliki mental yang tidak sehat. Namun pandanglah client sebagai seseorang yang sedang merancang tujuan hidup, membuat suatu keputusan, dan bertanggung jawab atas tugas-tugas perkembangan.
       4.    Klien sebagai individu yang berkembang menuju pengayaan diri sesuai dengan hakikat manusia
       5.   Klien adalah seorang klien bukan seorang pasien. Konselor bukan pula seseorang yang bekerja untuk mengobati client, namun konselor adalah seseorang yang dapat dijadikan klien sebagai sahabat, konsultan profesional, guru yang memberikan bimbingan kepada client menuju perkembangan client yang optimal
6.    Perkembangan konselor tidak netral dan tidak amoral. Konselor memiliki nilai, perasaan, dan komitmen terhadap dirinya. Dia tidak tertutup terhadap situasi yang sedang dijalaninya, namun tidak pula membuka seluruh situasi yang sedang dialaminya kepada klien.
       7.   Layanan BK Perkembangan disekolah diberikan oleh Guru BK/Konselor yang terlatih kepada peserta didik/konseli



C.   Tujuan BK Perkembangan
              BK perkembangan memiliki tujuan sebagai berikut :
       1.   Adanya penerimaan diri (self-acceptance)
       2.   Memilki pemahaman tentang diri (self-understanding)
3.   Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan siswa di masa yang akan datang
4.    Membantu mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki siswa seoptimal mungkin
       5.    Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, dan lingkungan kerja
       6.    Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam studi, kehidupan masyarakat, dan dunia kerja.

D.  Prinsip-prinsip BK Perkembangan
       1.   BK perkembangan diberikan kepada seluruh siswa
       2.   BK perkembangan bersifat mengembangkan
       3.   BK perkembangan telah terorganisir dan direncanakan dalam kurikulum
       4.    BK perkembangan adalah bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan secara total
       5.   BK perkembangan melibatkan seluruh personil sekolah
       6.   BK perkembangan membantu peserta didik belajar banyak secara efektif dan efisien
       7.   BK perkembangan didesain untuk pencegahan
       8.    Konselor (Guru BK di sekolah) dan Guru memiliki fungsi kerjasama dalam program BK perkembangan
       9.    Organisasi program dan rancangan kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam program BK perkembangan
       10.  Prihatin dengan penerimaan diri, pemahaman diri, dan pengayaan diri
       11.  Fokus kepada proses pendorongan (pemberian motivasi)

E.    Perbedaan BK Tradisional dan Perkembangan
              Pada prinsipnya, bimbingan konseling perkembangan merupakan pembaharuan dari bimbingan konseling tradisional. Adapun beberapa asumsinya adalah, yaitu:
       1.    Pencapaian Tugas-tugas Perkembangan merupakan tujuan BK.
2.    Perkembangan pribadi yang optimal terjadi melalui interaksi yg sehat antara individu dengan lingkungannya.
3.    Hakikat BK terletak pada keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan individu.
       4.    Konseli tidak dipandang sebagai manusia yang sakit mentalnya. Disini Konseli dipandang sebagai individu yang mampu memilih tujuan, membuat keputusan, dan berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam mencapai perkembangan dirinya.
5.    Konseli adalah seorang pribadi yang unik dan berharga yang berjuang untuk mengembangkan dirinya. Dia adalah anggota kelompoknya, bagian dari budayanya, dan tidak pernah terisolasi dari lingkungan sosialnya.
6.    Konselor tidak bersifat netral, atau a moral, dia memiliki nilai-nilai, perasaan, dan komitmen kepada dirinya. 

F.    BK Perkembangan
       1.   Fungsi Pemahaman
              Membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
       2.   Fungsi Fasilitas
              Memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam diri konseli.
       3.   Fungsi Pencegahan (Preventif)
              Konselor senantiasa mengatisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami konseli. Konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang dapat membahayakan dirinya.
       4.   Fungsi Pengembangan
              Bersifat lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.konselor mengupayakan untuk melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya.
     
F.    Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
       1.    Transisi Biologis
              Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).
              Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
              Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
              Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar  pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94
       2.    Transisi Kognitif
              Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
              Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
       3.    Transisi Sosial
              Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
       4.    Karakteristik Remaja
              Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139). Berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan remaja dengan teman sebaya dan orang tua:
              a.   Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
              b.    Strategi yang tepat untuk mencari teman:
            1.    Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
                     2.   Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
                     3.   Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
                     4.   Menghargai diri sendiri dan orang lain.
              5.     Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
              c.    Dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya:
                     1.   Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
                     2.   Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
              3.     Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
                     4.    Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
                     5.    Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
                     6.    Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untukmempelajari berbagai keterampilan sosial.
                     7.    Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
                     8.    Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
              d.    Manfaat apabila anak dapat diterima dengan baik:
                     1.   Merasa senang dan aman.
                     2.    Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
                     3.    Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
                     4.    Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
                     5.    Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
              e.    Hubungan dengan Orang Tua
                                    Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak rang tua dan remaja.
                             Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
      


























DAFTAR PUSTAKA


Dirjen PMPTK. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akdemik). Jakarta.

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. ( 2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS