RSS
Container Icon

Metode Penelitian Kuantitatif



METODE PENELITIAN KUANTITATIF
(MASALAH, JUDUL, DAN SUMBER DATA)


A.   Latar Belakang Masalah
              Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada jenjang yang tinggi, maka setiap upaya kualitas pendidikan perlu dilakukan melalui penelitian. Agar penelitian dapat menghasilkan informasi yang akurat, maka perlu menggunakan metode penelitian yang tepat pula. Salah satu metode penelitian tradisional yang digunakan yaitu kuantitatif, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi. Namun demikian masih banyak mahasiswa atau calon peneliti yang belum memahami konsep dasar penelitian kuantitatif.
              Mahasiswa yang akan menempuh skripsi tak jarang yang masih bingung, bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Pemahaman mahasiswa masih perlu ditingkatkan mengenai masalah dalam penelitian kuantitatif, diantaranya penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaan dengan pelaksanaan, dan sebagainya. Kurangnya penguasaan teori dan malasnya membaca sumber referensi juga berpengaruh terhadap penggalian masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, namun peneliti kadang kala kurang memperhatikan dalam menggalinya melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris.
              Hal lain yang menjadi kendala bagi mahasiswa yang melakukan penelitian, yaitu mengenai elemen populasi dan sampel yang berpengaruh pada target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dalam kenyataannya sering kali target populasi tersebut tidak dapat dipenuhi karena beberapa alasan, misalnya orang (guru) tidak dapat ditemui, orang tersebut pensiun, sudah meninggal, atau pindah pekerjaan. Tak jarang pula terjadi perbedaan antara populasi akses dengan populasi target, sehingga menimbulkan tanda tanya di antara sesama peneliti maupun dengan dosen pembimbingnya. Berkaitan dengan sampel, seringkali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap semua anggota kelompok yang menjadi interes penelitian. Mereka hanya mampu mengambil sebagaian dari jumlah populasi yang ada. Data yang terkumpul tersebut kemudian dianalisis yang akan menentukan hasil akhir penelitian.


B.   Rumusan Masalah
              Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penyusuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah konsep masalah dalam penelitian kuantitatif?
2.    Bagaimanakah menentukan fokus masalah dalam penelitian kuantitatif?
3.    Bagaimanakah bentuk-bentuk rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif?
4.    Bagaimanakah menentukan sumber data dalam penelitian kuantitatif?

C.   Masalah dalam Penelitian Kuantitatif
              Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit. Sumber-sumber masalah dalam penelitian kuantitatif yang dapat digali antara lain:
1.    Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
       Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?
2.    Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
       Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
3.    Ada pengaduan
       Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan, maka orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demontrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pengaduan.
4.    Ada Kompetensi
       Persaingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.

                     Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM harus ditunjukkan dengan data, misalnya jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Apabila penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.

D.   Fokus Penelitian Kuantitatif
              Salah satu asumsi tentang gejala dalam pandangan penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut, peneliti kuantitatif dapat menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel, yakni yang disebut dengan  batasan masalah.
              Pembatasan dalam penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu. Suatu masalah dikatakan penting apabila masalah tersebut tidak dapat dipecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera dipecahkan melalui penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi. Masalah dikatakan feasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible, maka perlu dilakukan melalui analisis masalah.
              Spradley dalam Sugiyono (2010: 288), mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus penelitian, yaitu:
a.    Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan. Informan ini dalam lembaga pendidikan, bisa kepala sekolah, guru, orangtua murid, murid, pakar pendidikan dan sebagainya.
b.    Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu (organizing domain). Domain dalam pendidikan ini bisa berupa kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen, pembiayaan, sistem evaluasi, pandangan hidup, kompetensi, dan sebagainya.
c.    Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek. Temuan berarti sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dalam pendidikan, misalnya menemukan metode mengajar matematika yang mudah dipahami dan menyenangkan.
d.    Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini bersifat pengembangan, yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang telah ada.

E.   Bentuk Rumusan Masalah
                     Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Bentuk masalah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Contoh rumusan masalahnya:
a.       Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
b.      Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?
c.       Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
d.      Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?
e.       Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
2.    Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya:
a.       Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel, yaitu sekolah negeri dan swasta)
b.      Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di kota dan di desa?
(satu variabel dua sampel)
c.       Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga guru, pegawai swasta dan pedagang?
(dua variabel tiga sampel)
d.      Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP dan SMA?
(satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
e.       Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta?
(satu variabel dua sampel)
3.    Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Bentuk-bentuk rumusan masalahnya antara lain:
a.      Hubungan Simetris, yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalahnya adalah:
1)      Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah?
(variabel pertama adalah penjualan es, dan variabel kedua adalah kejahatan)
Hal ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah pada saat es banyak yang terjual itu pada musim liburan sekolah sehingga banyak yang piknik ke tempat wisata, karena banyak murid yang piknik maka disitu banyak kejahatan.
2)      Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
3)      Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
4)      Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut:
1)      Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
2)      Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
b.      Hubungan Kausal,  yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contohnya:
1)      Adakah pengaruh pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar anak?
(pendidikan orangtua adalah variabel independen, dan prestasi belajar adalah variabel dependen)
2)      Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan?
3)      Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
4)      Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
(kurikulum, media dan kualitas guru sebagai variabel independen, sedangkan kualitas SDM sebagai variabel dependen)
              Contoh judul penelitiannya:
1)      Pengaruh pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar anak di SD N 1 Pengasih
2)   Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di kabupaten Kulon Progo
3)   Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah
c.       Hubungan Interaktif/Resiprocal/Timbal Balik, yaitu hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contohnya:
a)      Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan Wates. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
b)      Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

F.    Menentukan Sumber Data
              Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan  kuesioner atau wawancara, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan subyek penelitian atau variabel penelitian.
              Suharsimi (2010: 172) menjelaskan bahwa untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
       -    Person (orang), yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angka.
       -    Place (tempat), yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain. Bergerak misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyayian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya.
       -    Paper (simbol), yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.




              Sumber data yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1.    Populasi
              Populasi menurut Sukardi (2011) pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir penelitian. Populasi juga diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117).
              Jadi pupulasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
              Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka X ini merupakan pupulasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya, dan lain-lain. Selain itu juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan, dan lain-lain. Populasi yang terakhir ini berarti dalam arti karakteristik.
              Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, apabila akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya  diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki. Orang tersebut.
2.    Sampel
              Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberikan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili).
              Menurut Sutrisno Hadi (dalam Margono 2009: 120) menjelaskan masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
a.    Penelitian bermaksud mereduksi obyek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
b.    Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada obyek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
              Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel, yaitu:
a.    Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, misalnya tidak praktis untuk mengumpulkan data dari 50 juta murid SD yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
b.    Masalah biaya
Besar kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya obyek yang diselidiki. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
c.    Percobaan yang sifatnya merusak
            Banyak peneliti yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua cairan darah dari tubuh pasien yang akan dianalisa keadaan darahnya.
d.   Masalah ketelitian
Salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulannya cukup dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.
e.    Masalah ekonomis
Kegunaan dari hasil penelitian harus sepadan dengan biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan.

3.    Teknik Sampling
              Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Macam-macam teknik sampling, antara lain:
a.    Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:


1)      Simple Random Sampling
Dikatakan secara sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
2)      Proportionate Stratified Random Sampling
Digunakan bila populasi anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawi itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
3)      Disproportionate Stratified Random Sampling
Digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai lulusan S3=3, S2=4, S1=90, SMA=800, SMP=700, maka 3 orang S3 dan 4 orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu tertalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMA, dan SMP.
4)      Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel strata populasi itu dapat ditetapkan.
b.      Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi:
1)      Sampling Sistematis
Pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
2)      Sampling Kuota
Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh ketika akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan IMB. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Apabila pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
3)      Sampling Insidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data.
4)      Sampling Purposive
Penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5)      Sampling Jenuh
Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6)      Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Para peneliti kualitatif banyak yang menggunakan sampel ini, misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan.
5.    Menentukan Ukuran Sampel
              Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel yang diharapkan 100% dapat mewakili populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
              Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10% yang didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai, seperti populasi benda, misalnya logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
              Contoh menghitung ukuran sampel:
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu S1=50, D3=300, SMK=500, SMP=100, SD=50 (populasi berstrata).
              Dengan menggunakan tabel, bila jumlah populasi 1000 dengan kesalahan 5% maka jumlah sampelnya=258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata yang ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Perhitungannya adalah sebagai berikut:



S1          =       50/1000           x        258        =  12,90     =   13
D3         =       300/1000         x        258        =  77,40     =   78
SMK      =       500/1000         x        258        =  129,0     =   129
SMP      =       100/1000         x        258        =  25,8       =   26
SD         =       50/1000           x        258        =  12,90     =   13
              Jumlah                                                                =   259
Jadi jumlah sampelnya dibulatkan menjadi 259.

G.   Kesimpulan
              Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari sumber-sumber masalah yang dapat digali antara lain:
       a.     Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
       b     Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
       c.     Adanya pengaduan
       d.    Adanya kompetensi
2.    Pembatasan dalam penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu.
3.    Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
4.    Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, meliputi:
       a.  Populasi, yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
       b.  Sampel, yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut












DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Margono, S, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar